Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Keasingan

sering ku merasa asing diantara bunga-bunga yang mengajakku menari dan bercanda bagai kupu-kupu kecil tak bertuan perasaan gelisah menemani berharap tergantikan dengan hadirnya seseorang sia-sia hidupku bergelimang kebahagiaan namun tak sanggup merasakan arti kebahagiaan sebenarnya terpenjara dalam batasan logika yang memaksa diri diperintah otak yang begitu realistis kembali merusak kebahagiaan yang coba kubangun seperti ketika kau ada disini

Pengembara

Satu rasa mengembara di hati mencari kepingan di dalam hati sang malaikat pelindungnya mengoyak mimpi indahnya seakan terhempas ego malikat suci terampas haknya menikmati perlindungannya mengancam dirinya sendiri dengan belati tangis tersedu mengingat malaikatnya yang semakin jauh terbang dengan angan-angannya sendiri tinggalkan hatiku yang masih haus kasih sayang belai lembut kata-katanya yang tak pernah kudapati

Bodoh

Bodoh benar menawarkan hati suciku terjamahi cinta naifmu terdiam melihat perilakumu tertahan ingin membalas lemah diriku menghambakanku kepada cinta

Fatamorgana

kembali hatiku terkait makna cinta terpancingku menatap giurnya perasaan sayang yang akan menyelimuti badan hampa hatiku ciut seakan butuh pertolongan tolol yang sekali lagi akan kuulangi nalar panjang memaksakan pompa ego ke dalam hatiku entah apa yang terjadi dalam batinku kembali kuteringat rasa itu rasa yang pernah menawarkan kasih palsu yang mengosongkan hatiku dengan bara api  membara haruskah kurasakan lagi tawaran nafsu setan itu aku tak sanggup aku tak sanggup fatamorgana cinta itu begitu menggiurkan

Kenapa harus

Kenapa harus ada cinta bila tak saling mengerti segalanya hanya perasaan bersalah menghantui setiap mengingatmu membuatku terjatuh karena perasaanku sendiri kuanggap diriku kalah kalah darimu yang tidak ada apa-apanya menyembah cintamu dengan tertatih mengharap cinta tulus pengorbanan tenggelam mati di dalam hati tertampar oleh tangan cinta yang kau berikan sekali lagi cinta membuatku kalah terpuruk disudut hati kelam ketika mengingatmu

jalan setapak

Jalan kecil setapak meliuk dalam hati kecil halus perasaan keras berkecamuk perihkan sampai tangis tak tertahankan atau sedihkah tak mencapai hasil diam menunggu kecmuk selesai ditemani tangis pengikat hati

Rindu Berego

rinduku padamu semakin tak tertahankan mengapa kau tak kunjung datang menyapa hari-hariku yang sepi hanya peri-peri baik hati yang menghiburku ditengah kegalauan hatiku memikirkanmu suaramu tak dapat kurasa wangi tubuhmu seakan menguap diterbangkan angin rindu wajahmu semakin samar diingatan rasa rindu ini tak tertahan lagi cepatlah kembali aku memohon dengan segala harap menghilangkan harga diriku kupertahankan egoku hanya untuk membawamu pulang agarku dapat melihatmu kembali

Peri kecil

Hai peri kecil janganlah bersedih menangisinya akan membuatmu lebih terhina bagai bunga bangkai yang tersisihkan hai peri kecil ayah bunda usaplah air mata di pipimu jangan biarkan air matamu jatuh membasahi bumi karena dia akan menuai bunga dosa di akhir nanti

Jatuh, terpuruk

ada kawan bergumam kepadaku, "Hei, jangan menangis" tapi tidak mungkin dia yang telah merobek hatiku dia yang telah menusuk jantungku dia yang telah menghirup semua udara bersih disekitarku dia meracuni otakku dengan kata-kata indahnya dia yang membuatku keseleo karena tak sanggup jatuh hati lagi dia yang membuatku merasa hilang apa engkau masih mau menahan tangisan piluku bukan aku yang salah yang telah jatuh kepadamu tetapi kau yang menawar dan merampas hatiku itu keegoisanku

Aku Bisa

sempat berpikir untuk mengakhiri goresan tintaku ketika dia kembali beranjak dari hatiku galau rasa hati menafikan rasa sayang yang pernah singgah intelektualku menguap daya tampung perutku bertambah inikah penyakit gila ditinggalkan kekasih? huff rasanya tubuhku sulit kugerakkan rasanya daya imajinasiku hilang bersamanya aku tak berdaya lagi menggapai rangkaian kata itu fikirku dulu namun, ku akan menggeliat mengangkat tanganku kembali, dan berkata "Aku Bisa Tanpamu"

Jurang

Hari ini kuterhempas lagi ke dalam jurang keterpurukan aku tak sanggup lagi menanyakan apakah kau masih menyayangiku? keegoisanku mulai membunuhku aku sakit entah penyakit apa ini rindukah aku pada rasa itu tapi aku sakit aku sakit mengharapnya aku sakit dengan keadaan ini aku telah belajar menitikan air mata ini namun, tak sanggup menahan siksaan yang kubuat sendiri kepada siapa harus ku curahkan perasaanku sebenarnya aku sendiri aku takut mengungkapkannya